Terlambat atau Terlalu Dini?

bangku tua gereja (Sumber: unsplash/Annie Sprat


Mereka duduk bersebelahan di bangku kayu yang sudah usang. Lelaki itu, mungkin 27 atau 28 tahun, rambutnya sedikit acak-acakan. Perempuan di sampingnya, 43 tahun, wajahnya masih memesona meski garis waktu mulai terlihat di sudut matanya.

"Andai kamu seusiaku, aku pasti mau jadi pacarmu," ujar si perempuan,  dengan nada genit bercampur tawa kecil.

"Siapa suruh kakak lahir duluan?" balas si lelaki, senyum miring di wajahnya.

"Kamu yang telat lahir!" Si perempuan membalas cepat, tak mau kalah.

Lelaki itu terkekeh. "Ya sudah, cari aja yang mirip aku, tapi seumuran kakak."

Si perempuan memandang salib kayu di dinding depan, cahaya lilin kecil berkedip di bawahnya. "Kalau Tuhan tak memberi aku jodoh, ya sudahlah," katanya. Suaranya pelan, hampir seperti doa.

Si lelaki menoleh, matanya menangkap raut wajah perempuan itu. "Kalau Tuhan tak memberi kita jodoh, ya sudahlah," ujarnya meniru perkataan si perempuan.

Hening sejenak. Hanya suara napas mereka dan derit bangku tua yang terdengar di kapel kecil itu.

Komentar

Postingan Populer