Kisah Bapak dan Kucing Liar : Antara Marah dan Sayang
Kami sebenarnya gak pernah berniat untuk memelihara kucing. Tapi entah bagaimana, kucing-kucing liar itu berdatangan dan sering nongkrong di rumah kami. Mungkin karena kami sering memberi makan, makanya kucing-kucing itu senang datang kepada kami.
Bapak saya merupakan salah satu orang dalam anggota keluarga kami yang paling sering memberi mereka makan. Dia seperti "bapak angkat" bagi kucing-kucing itu.
Meski sering ngomel karena kucing-kucing yang diberi makan jadi ketagihan minta makanan di rumah kami, tapi tetap saja bapak selalu menyisihkan makanan sisa untuk mereka. Bahkan kadang, susu untuk kami minum, sering dia buatkan untuk kucing-kucing itu. Tentu saja dengan sembunyi-sembunyi, karena bila mama tahu, mama akan marah besar. Hahaha...
Saya selalu merasa lucu sekaligus senang jika bapak memberikan susu untuk kucing-kucing itu. Lucu, karena dia sembunyi-sembunyi melakukannya. Senang, karena meski bukan kucing peliharaan, dia tampak begitu peduli.
Dia memang marah, kalau kucing-kucing itu melahap anak-anak ayamnya. Tapi kepeduliannya masih saja ada terhadap kucing-kucing lucu nan nakal itu.
Tapi sebuah kenakalan yang tak bisa bapak terima terjadi baru-baru ini. Ia mendapati satu dari kucing-kucing itu naik ke atas meja dan menjilati ikan goreng. Kucing itu berhasil membawa kabur sepotong ikan goreng ketika bapak menggertak dan mau memukulnya.
Kenakalan itu tak bisa ditolerir. Alhasil, bapak sudah tak mau lagi memberi makan kucing-kucing itu lagi. Sisa-sisa makanan dia bungkus di kantong plastik, kemudian dibuangnya di tempat sampah. Tampaknya dia benar-benar marah.
Tapi masih ada saya. Saya tetap diam-diam memberi mereka sisa makanan. Kalau bapak tahu, pasti saya ditegur. Hahaha...
Komentar
Posting Komentar