Kumpulan Puisi—Habemus Papam!
Pergi ke Tempat Ibadah
Penyesalanku adalah terlalu
cepat pergi dan membiarkan
pesanmu tak sampai kepadaku.
Di tempat ibadah aku melihatmu
datang dan tidak mengira kau
berjalan kaki.
Bila sedikit lebih lambat, aku
akan berjalan bersamamu dan
kita bisa membicarakan hal yang
lebih pelik dari asmara: ekonomi
Indonesia.
Ketika pulang dan tersambung
dengan internet, aku membaca
pesanmu.
"Sudah baikkah ekonomi kita?"
(Baca: Sudah berangkatkah?)
Perihal Warna yang Mengundang Gerah
Kau boleh bertanya kepadaku,
"Kenapa mengenakan warna hitam?"
Dan aku akan menjawab,
"Aku mengenakan baju.
Warna itu yang numpang."
Warna itu memang numpang
hanya untuk membuatku berpikir
bahwa rumah yang kita kunjungi
untuk berdoa bersama
begitu menggerahkan.
Ia tak tahu bahwa dipikiranku
latihan koor setelah doa
bersama lebih menggairahkan.
Habemus Papam!
Memang ada untungnya begadang.
Selain merayakan masa nganggur,
tapi juga bisa menyaksikan asap putih
mengepul dari cerobong.
Habemus Papam!!
Kita memiliki seorang Paus.
Kita?
Katolik aja kali..
Ya memang kami saja.
Kami sudah berspekulasi ini-itu,
masa tidak gembira kalau Paus yang
terpilih tidak sesuai spekulasi.
Tentu kami gembira, sebab kami kalah
dan Roh Kudus menang.
Komentar
Posting Komentar