SEORANG KENALAN YANG MENINGGAL

Seorang kenalan orangtua saya meninggal dunia. Pantas saja pagi ini hujan turun. Saya selalu percaya bahwa ketika ada orang yang meninggal, ia akan menangis dan tangisannya itu menjadi hujan. Meski kalau dipikir lebih jauh, orang yang meninggal sudah lepas dari keterikatan dunia dan seharusnya ia bahagia.


Tentu saja mama berhalangan untuk melayat, karena ia bekerja sebagai pengasuh anak orang. Sedangkan bapak saya, menggunakan pandemi Corona sebagai alasan untuk tidak pergi melayat. Mama saya agak jengkel, perihal yang meninggal adalah kenalan lama. Suatu sikap tidak hormat jika tidak ada yang pergi melayat. Tapi, bapak saya mengatakan sudah mendoakan dia yang meninggal.


Saya merasa tidak enak hati. Saya bisa mengantar bapak pergi melayat. Tapi bapak tidak mau pergi, karena Corona. Ironisnya saya lega bapak tidak mau pergi, lagi-lagi karena berpikir berlebihan; di sana saya akan banyak diam, di sana saya tidak kenal siapa-siapa, di sana saya canggung, di sana saya akan malu-malu. Pikiran saya bukan tertuju pada yang meninggal, melainkan tentang bagaimana nantinya saya di sana. Masih saja saya membenci keramaian.


Akhirnya, memang tak ada yang pergi sama sekali. Saya mengobati rasa tidak enak dalam hati dengan mengingat bahwa saya sudah mendoakan dia yang meninggal dalam doa pagi tadi. Semoga Tuhan mengampuni segala dosanya dan menerima dia dalam kerajaan surga. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARI KEDUA KURSUS MOBIL

MISA SETELAH SEKIAN LAMA

OTOMATISASI JARI SAYA