MISA SETELAH SEKIAN LAMA

Dalam waktu sepersekian menit, saya menimbang-nimbang apakah akan pergi atau tidak? Ini sudah minggu keempat sejak gereja di buka kembali. Judulnya itu Misa New Normal. Tiga minggu sebelumnya, saya tidak ke gereja, dengan alasan flu. Soalnya menurut aturan, umat yang keadaannya kurang sehat, tidak dianjurkan untuk datang ke gereja. Ya, mengingat misa di gereja kurang lebih tiga bulan ditiadakan, tentu agenda Misa New Normal itu bisa meledakkan kerinduan umat yang telah meluap. Jadi, bisa saja, sehat tak sehat, orang itu akan memaksakan diri datang ke gereja.

Saya menahan diri untuk itu. Saya yang mudah terkena pilek ini tak mau pergi, karena berpikir, "Daripada nanti disuruh pulang." Tapi di sisi lain, itu mungkin hanya alibi. Apakah saya tak merindukan gereja?

Lalu di minggu keempat ini, alasan pilek itu terasa basi. Masa setiap minggu--dan harinya ke gereja--saya kurang sehat terus? Saya juga kurang enak hati melihat wajah mama saya yang tampak tidak senang dengan jawaban saya. 

"Kamu gereja, gak?"

"Aih, aku pilek."

Hahahaha.... Mungkin di mata mama saya, malas ke gereja sama dengan kafir. Ia tidak senang anak-anaknya jauh dari Tuhan, apalagi mantan Frater novis seperti saya ini. Padahal Tuhan, kan ada di mana-mana. Bukan hanya di gereja?

Makanya saya menimbang-nimbang. Bukan karena takut membuat mama saya tidak senang, namun karena saya juga rindu menyambut Tubuh Kristus. Lagipula meskipun yakin bahwa Tuhan ada di mana-mana, suasana gereja dan suasana misa memang tempat dan suasana terbaik untuk mengarahkan hati kepada Tuhan.

Nah, kalau begitu, mengapa saya menimbang-nimbang. Ya, takut saja "misa yang tidak biasa" itu akan terganggu. Entahlah. Mungkin saya punya alergi terhadap debu. Yang pasti kalau sudah bersin sekali, seringnya akan diikuti bersin yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Belum lagi kalau ingus meler. Wah, makin tak nyaman ikut misanya.

Tapi, sepertinya memang Tuhan mendorong saya untuk ikut misa. Sebab setelah bapak saya keluar dari kamar mandi, saya bergegas untuk mandi. Padahal belum juga pukul 17.00. Sedangkan misa mulai pukul 18.00.

Singkat cerita, saya akhirnya datang ke gereja, bersama bapak dan mama saya. Sesuai protokol kesehatan, sebelum masuk ke dalam gereja, kami mencuci tangan, dicek suhu tubuhnya, dan duduk berjarak. Bahkan selama misa, masker tetap dipakai.

Hanya saja pada saat bernyanyi, rasanya pengap. Jadi, sesekali saya menurunkan sedikit masker itu dan membiarkan hidung saya menghirup udara dengan bebas. Tampaknya saya sendiri yang merasa pengap, ketika bernyanyi menggunakan masker. Sebab, saya lihat umat yang lain biasa-biasa saja. Jangan-jangan ini karena masker kain saya yang belum dicuci. Hahahaha.... Betapa malasnya saya untuk mencuci masker itu, sebab berpikir bahwa masker itu saya gunakan sendiri. Mungkin kotoran pada masker itulah yang membuat pengap.

Bagaimanapun, saya bersyukur pada Tuhan karena memberi saya kesempatan untuk misa di gereja lagi. Bahkan apa yang saya takutkan--bersin-bersin dan ingus meler--tidak terjadi sampai akhir misa. Meskipun saya cukup terkantuk-kantuk selama misa karena tidak tidur siang, namun saya bisa menerima Tubuh Kristus kembali.

Semoga pandemi ini segera berakhir dan misa bisa berlangsung seperti sebelumnya. Sebab nyatanya, belum semua keuskupan yang menerapkan Misa New Normal seperti di Keuskupan Agung Samarinda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARI KEDUA KURSUS MOBIL

BARCELONA DAN RASA DEGDEGAN SAYA