CHATAN

Master belum mengungkapkan perasaannya kepada Maya. Maya terlalu lama di kota sebelah. Belum juga selesai kuliah. Master sendiri tak kunjung mendapat kerja. Lalu wabah Corona melanda. Maya ingin pulang. Master berharap Maya bisa pulang. Namun, Maya tertahan.


Berhari-hari Master berpikir bagaimana memulai percakapan. Ia tahu Maya bisa diajak memperbincangkan sesuatu. Tanggapannya tak tanggung-tanggung. Kalimat tanya yang singkat, bisa dijawabnya berkalimat-kalimat. Dari topik yang satu, bisa beralih ke topik yang lain. Dan Maya menunggu. Menunggu sampai Master memutuskan berhenti. Mengucapkan selamat malam dan selamat tidur sekaligus memberi tanda bahwa akan ada percakapan lagi di hari-hari berikutnya. Terkadang Master membuat Maya berjanji, bahwa sekembalinya perempuan itu, ia harus mentraktir Master makan bakso.


Namun masalahnya ada pada memulai. Memulai percakapan tak selalu mudah. Topik tampaknya banyak, tapi sulit dipilih yang mana yang tepat. Yang mana yang akan melahirkan topik-topik lanjutan. Yang mana yang akan membuat percakapan makin panjang. Apalagi Maya tak pernah berniat memulai percakapan.


Maya tak pernah memulai percakapan, bagi Master adalah tanda ketidakterarikan. Tapi Master belum menyerah. Ia masih berusaha mencari celah dan memanfaatkannya. Ia butuh saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaan. Master bukannya tak berani. Ia hanya ingin melakukannya ketika mereka bertatap muka. Tapi Corona tetap saja tak tahu habisnya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARI KEDUA KURSUS MOBIL

MISA SETELAH SEKIAN LAMA

BARCELONA DAN RASA DEGDEGAN SAYA