MENDENGARKAN

Aku memang terlalu egois sehingga sering cuek pada celotehmu. Aku tahu bahwa kau butuh bicara. Perlu keluarkan semua yang ada dalam pikiran dan perasaanmu. Kadang itu pertanyaan, kadang penghakiman, kadang kebanggaan. Kau tampak tidak peduli pada telinga yang enggan mendengar. Tidak peduli bahwa aku menganggapmu bodoh dan diriku lebih pandai.


Tapi yang empunya pengalaman adalah kau.

Yang empunya jatuh-bangun adalah dirimu.

Kau menua. Segala perjuangan dan yang terpendam

mendorongmu untuk bicara. Bercerita. Berpendapat.


Kau merasa harus mengeluarkan semua nasihat,

menyatakan kekhawatiran-kekhawatiran sambil berharap bahwa aku dan mereka kelak menjadi orang yang lebih baik.


Aku selalu memikirkan itu, namun kalah oleh keegoisanku.

Aku merasa ada hal yang belum kulakukan untuk mencintaimu,

sampai lupa bahwa mendengarkan juga merupakan bagian dari mencintai.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARI KEDUA KURSUS MOBIL

MISA SETELAH SEKIAN LAMA

BARCELONA DAN RASA DEGDEGAN SAYA